Nabi Muhammad bersama dengan semua orang. Ia menerima budaknya, buta, dan anak-anak. Dia bercanda dengan anak-anak, bermain dengan mereka, bercanda dengan orang tua. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa tetapi kebenaran saja.

Suatu hari seorang wanita datang kepadanya dan berkata, "Wahai Rasulullah! Angkat saya di unta," katanya.

"Aku akan mengangkat engkau unta anak", kata Nabi Muhammad.

"Ini tidak mampu," katanya.

"Tidak, aku akan mengangkat engkau unta anak".

"Ini tidak mampu".

Teman-teman yang bersamanya mengatakan, "bukan unta unta terlalu muda?"

Datang wanita lain, dia mengatakan kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, suami saya jatuh sakit. Dia menyebut Anda".

"Kami berharap bahwa dalam suami putihnya," kata Nabi.

Dia kembali ke rumahnya. Dan dia membuka matanya. Suaminya bertanya dengan takjub, "kenapa kau?".

"Allah mengatakan kepadanya bahwa mata putih", kata istrinya menerangkan. "Apakah tidak semua mata memiliki warna putih?" kata suaminya.

Wanita lain mengatakan kepada Nabi Muhammad,

"Ya Rasulullah, berdoa kepada Allah bahwa saya dimasukkan ke dalam surga". "O Bunda begitu dan begitu, surga tidak dimasukkan oleh orang tua".

Wanita itu menangis.

Nabi menjelaskan, "tidakkah kamu membaca firman Allah,

Dan kami telah menciptakan istri-istri mereka dengan penciptaan khusus, dan kami selalu membuat mereka perawan (tersentuh), seorang suci, sahabat pada usia yang sama mencintai. "

Para sahabat Nabi Muhammad suka tertawa, tetapi iman di dalam hati mereka seperti teguh gunung. Na'im adalah teman yang paling gemar lelucon dan tertawa. Dengarkan kata-kata dan melihat gejala, Nabi juga tersenyum.

Nabi berkata: " Segala sesuatu selain dzikrullah adalah permainan dan kesia-siaan, kecuali empat hal: Bahwa seorang suami yang istri mencandai, seseorang yang melatih kudanya, seseorang berjalan ke arah dua gol (panahan) dan kolam renang praktek

Subhanallah. Hadits di atas memberikan legitimasi secara penuh tentang bolehnya bercanda dengan pasangan kita. Ia bukanlah permainan sia-sia yang akan  dengan mudah menghabiskan waktu kita. Bercanda secara umum mampu mengurangi kepenatan fikiran kita, apalagi jika bercanda dan bermain-main dengan istri ? Insya Allah bukan sekedar mengurangi, namun justru memberi energi dan semangat baru dalam menjalani aktifitas kita selanjutnya. Bahkan jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah merekomendasikan untuk memilih istri yang perawan agar lebih fleksibel dan elegan ketika bermain dan bercanda bersama. Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda : Mengapa tidak seorang perawan (yang engkau kawini) ? sehingga engkau bisa bermain dengannya dan ia juga bisa bermain denganmu.  (HR Bukhori 5367 dan Muslim)

Bercanda dan bermain bersama pasangan akan menghasilkan senyum manja dan tawa yang riang. Dua hal ini sangat kita butuhkan untuk menghias hari-hari kita serta menjadikan hidup lebih bersemangat. Kita bisa bayangkan rumah yang lampu penerangannya redup dengan rumah yang terang, pasti akan mempengaruhi semangat hidup penghuninya. Maka, senyum dan sedikit tawa riang benar-benar menjadi sebuah kebutuhan bagi umumnya manusia. Lebih jauh lagi, Dr.  Yusuf Qaradhawi mengatakan dalam Fatwa Kontomporer 1 Tertawa adalah ciri khas manusia yang membedakannya dengan binatang !

Canda Rasulullah SAW bersama istrinya


    Nah saatnya mengintip rumah tangga kenabian dengan segenap program romantisnya. Beberapa riwayat menangkap secara utuh sebagian candaan Rasulullah SAW bersama para istri-istrinya. Seperti biasa, kami paparkan utuh untuk menjadi inspirasi tersendiri bagi Anda dan pasangan.

Mengoleskan makanan di wajah    Dari Aisyah ra, ia berkata :

Rasulullah berada di tempatku bersama Saudah, lalu aku membuat jenang. Aku bawa (jenang itu) kepada beliau, kemudian aku berkata pada Saudah :

Makanlah ! Akan tetapi, ia menjawab :

Saya tidak menyukainya.

Aku pun berkata : Demi Allah, kamu makan atau aku oleskan ke wajahmu ?

Ia berkata : Saya tidak berselera memakannya (Kata Aisyah) :

Lalu aku ambil sedikit, kemudian aku oleskan ke wajahnya,

sedangkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam ketika itu duduk di tengah-tengah antara aku dan dia.

Kemudian beliau merintangi dengan lututnya supaya dia dapat membalasku, lalu ia mengambil jenang dari piring tersebut, kemudian dia (saudah) membalas mengoleskannya kepadaku dan Rasulullah tertawa .  (HR Ibnu Najjar)

Sering bercanda dengan Saudah    Dari Ibnu Suad, beliau meriwayatkan Saudah berkata pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam :

Tadi malam aku mengerjakan shalat dibelakangmu,

kemudian engkau ruku’ denganku hingga aku menahan hidungku karena khawatir darah mengucur.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pun tertawa.

Dalam berbagai kesempatan, Saudah membuat Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tertawa dengan sesuatu.} ( Ath-Thobaqot VIII/5 dan Al-Ishobah VII/721)

 Bermain Kuda-kudaan dan Boneka bersama    Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bertanya kepada Aisyah :

Apa ini ?

Aisyah menjawab : Anak-anak perempuan (boneka perempuan) ku.

Beliau bertanya lagi : Apakah yang ditengah ini ?

Aisyah menjawab : Kuda.

Beliau bertanya lagi : Dan apa yang ada di atasnya ini ?

Aisyah menjawab : Itu dua sayapnya.

Beliau bertanya lagi : Kuda yang mempunyai dua sayap ? 

Aisyah menjawab dengan nada tanya : Apakah engkau tidak mendengar bahwa Sulaiman bin Dawud mempunyai kuda yang memiliki beberapa sayap ?

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam tertawa hingga tampak gigi serinya. ( HR Abu Dawud)

Ada batasan dalam canda-canda kita

Terakhir meskipun ada legalitas untuk bermain dan bercanda bersama pasangan, tetap saja di sana ada serangkaian aturan yang harus di taati. Agar candaan kita menjadi berkah saat tetap berada di jalurnya. Yang paling utama, pastikan tidak ada dusta dalam candaan kita. Tidak ada cerita bualan yang hanya untuk memuaskan tawa kita.

Dari Abu Hurairah ra, ia  berkata, bahwa sekelompok orang bertanya pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam : Ya Rasulullah sesungguhnya engkau juga bercanda kepada kami “ Beliau bersabda :

Tapi saya tidak mengatakan tapi benar. (Tirmidzi) Hadis lain yang menegaskan tentang ini adalah, Nabi berkata: Celakalah mereka yang menciptakan sebuah cerita sehingga orang lain tertawa, saat dia berbaring. Celakalah celakalah he .. he (Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasa'i )

    Selanjutnya, ketika bercanda dengan mitra kami, tidak mudah untuk mengatakan kata cerai, bahkan jika hanya lelucon. Dalam pandangan hukum dapat berarti konsekuensi yang sangat serius. Dari Abu Hurairah, Nabi berkata: "Tiga hal yang jika dilakukan di berguraunya maka sungguh-sungguh dianggap sebagai sesuatu yang serius, yaitu; perkawinan, perceraian, dan merujuk pada "(Abu Dawud (1920))

pelajar blog

Share on: